Kamis, 15 November 2018

CONTOH KASUS MANAJEMEN PROYEK DAN RESIKO

CONTOH KASUS MANAJEMEN PROYEK DAN RESIKO

KASUS PENUTUPAN STORE VANS DI INDONESIA
Penyebab tutupnya store Vans adalah hadirnya kabar tentang kebangkrutan yang dialami oleh PT Gagan Indonesia. PT Gagan Indonesia adalah sebuah perusahaan retail dan distributor resmi untuk produk Vans di Indonesia. Bahkan tak hanya Vans saja, ternyata PT Gagan Indonesia juga menjadi distributor untuk beberapa brand internasional lainnya seperti Adidas, Bebe, Quiksilver, Promod, Ted Baker, Cache Cache, Ipanema, dll.
Kenapa bisa bangkrut? Bagaimana bisa PT sebesar itu bisa tiba-tiba saja dinyatakan pailit atau bangkrut. Seperti yang di jelaskan oleh kuasa hukum Gagan Indonesia Deni Kurniawan yang mengatakan, pasca pailit pihak mereka akan kooperatif dengan tim kurator terkait aset-aset perusahaan. “Keputusannya seperti ini kami sudah siap dan seluruh aset-aset akan kami serahkan ke pada tim kurator,” katanya kepada sebuah media online.
PT Gagan Indonesia akhirnya menerima sebuah status pailit dari Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, pasalnya mereka gagal berdamai dengan para pihak krediturnya dalam proses penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU).
Gagalnya perdamian itu didasari lantaran adanya mayoritas kreditur Gagan Indonesia yang menolak proposal perdamaian dari mereka. Berdasarkan hasil pemungutan proposal perdamaian yang dilaksanakan pada Selasa 23 mei lalu, ada sekitar 86,11% para kreditur yang telah mewakili tagihan Rp 273,96 miliar nggak menyetujui proposaltersebut.
Sementara itu ada 13,88% yang telah menyetujui poposalitu. Sehingga, ketua majelis hakim PN Jakpus Endah Detty Pertiwi mengatakan, bahwa pemungutan suara itu tidak memenuhi Pasal 281 ayat 1 UU No. 37/2004 tentang Kepailitan dan PKPU.
Dari situlah muncul sebuah putusan yang “menyatakan bahwa PT Gagan Indonesia dalam keadaan pailit demi hukum,” jelas Ibu Detty dalam amar putusan yang dibacakannya, pada Rabu 25 mei lalu. Jatuh keputusan pailitnya Gagan Indonesia ini masih dalam kurun waktu PKPU Sementara 45 hari.
Oleh sebabnya, dalam perjalanannya PT Gagan Indonesia enggan mengajukan perpanjangan masa PKPU tetap. Alasannya karena proposal perdamaian yang ditawarkan itu telah maksimal dan sesuai dengan kemampuan perusahaan tersebut.
Cara agar dapat membayar utangnya, Gagan Indonesia membagi kreditur menjadi dua yakni kreditur yang memiliki tagihan hingga Rp 100 miliar dan kreditur dengan tagihan di atas Rp 100 miliar. Sampai pada kreditur yang memiliki tagihan hingga Rp 100 miliar akan dilunasi selama jangka 20 tahun dengan grace periode dua tahun.
Sedangkan untuk kreditur dengan nilai tagihan di atas Rp 100 miliar akan dibayar dalam waktu 30 tahun dengan grace periode. Atas tawaran tersebut, para kreditur menilai proposal tersebut masih jauh dari harapan dengan menawarkan waktu pembayaran yang cukup lama tersebut.
Seperti yang diketahui, sejak berstatus PKPU sudah ada beberapa produk yang menarik Gagan Indonesia sebagai salah satu distributornya, salah satunya yakni Quiksilver dan baru-baru ini adalah Vans.
Kembali lagi pada soal urusan bisnis dan utang piutang Gagan Indonesia, para kreditur juga menilai penawaran Gagan Indonesia juga tidak realistis. Sebab, perusahaan tidak mencari investor untuk melanjutkan usaha, tetapi masih mengandalkan aset perusahaan yang ada. Tapi disisi lain, nilai aset perusahaan terbilang sangat jauh dari total utang perusahaan yang sudah mencapai sekitar Rp 281,41 miliar dari 50 kreditur yang ada.
Saat dikonfimasi salah satu media online, salah satu kurator Gagan Indonesia Emi Rosminingsih mengatakan total aset perusahaan yang ada saat ini diketahui hanyalah senilai Rp 80,39 miliar saja. Aset itu di antaranya inventori barang yang harganya mencapai Rp 51,21 miliar dan piutang yang sekitar Rp 3,17 miliar.
Adapun kreditur Gagan Indonesia itu antara lain adalah RSH Holdings sekitar Rp 201,34 miliar, PT Adidas Indonesia Rp 13,31 miliar dan PT Quiksilver Indonesia Rp 7,05 miliar dan Bank Standard Chartered Indonesia sekitar Rp 28 miliar. Adapun keseluruhan kreditur itu merupakan konkuren alias tanpa jaminan.
Di tengah kabar penutupan sejumlah toko fisik Vans di Indonesia, penjualan sepatu asal Amerika Serikat itu saat ini masih marak di media sosial. Produk palsu atau 'KW' tersebut dibanderol dengan harga yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan produk asli yang dijual di gerai Vans resmi. Hal itu pula yang menjadi penyebab tutupnya store Vans di Indonesia.

Untuk mengatasi resiko tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1.       Metode Asuransi
Salah satu pendekatan dalam penanganan resiko adalah suatu prosedur dua langkah yang disebut dengan metode asuransi. Sesudah manajer resiko mengidentifikasikan dan mengukur kerugian potensial, maka ia harus menyiapkan suatu daftar penutupan asuransi yang digolongkan dalam tiga golongan berdasarkan keparahan kerugian. Kedua langkah dalam metode asuransi adalah pertama, manajer resiko harus menetapkan pertama, kombinasi penutupan asuransi yang dapat memberikan perlidungan terbaik terhadap resiko yang dihadapi perusahaan. Tujuannya adalah untuk mengadakan perlindungan yang paling lengkap dengan biaya yang paling murah.
Manajer resiko harus memilih limit kebijaksanaan yang memberi perlindungan. Limit ini harus sesuai dengan kerugian maksimal yang mungkin, tetapi terkadang kerugian dapat melebihi penutupan maksimum yang tersedia. Sesudah manajer resiko menetapkan kombinasi penutupan yang terbaik dan limit kebijaksanaan, maka ia membagi kontrak asuransi ke dalam tiga golongan, yaitu:
1.       Penutupan yang esensial, ialah penutupan yang diwajibkan oleh UU atau yang diwajibkan oleh perjanjian. Contoh: ASTEK dan perjanjian dengan serikat buruh.
2.       Penutupan yang diinginkan, ialah memberikan perlindungan terhadap kerugian yang menghalangi operasi perusahaan, tetapi tidak akan menyebabkan perusahaan ditutup.
3.       Penutupan yang tersedia, ialah jenis perlindungan yang belum termasuk kedua golongan penutupan yang lain.
Setelah daftar sementara itu lengkap, manajer resiko meninjau kontrak dalam masing-masing golongan untuk menetapkan kerugan yang bisa ditangani secara lebih memuaskan dengan cara lain. Contoh:
1.       Kerugian yang bisa dipindahkan kepada pihak lain dengan biaya yang lebih murah dari premi asuransi.
2.       Kerugian yang bisa dicegah atau dikurangi sehingga tidak lagi merupakan kerugian yang parah.
3.       Kerugian yang sering terjadi sehingga kerugian dapat diperkirakan dengan seksama.

2.       Jika ingin bekerja sama dengan kreditur, sebaiknya dengan kreditur yang menggunakan jaminan.
3.       Jika ingin melanjutkan usaha, sebaiknya mencari investor dan bukan hanya mengandalkan asset perusahaan yang ada.
4.       Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi seperti social media, pemasaran produk dapat dilakukan secara online. Pemasaran dapat dilakukan dengan membuat web resmi tersendiri khususnya untuk di Indonesia agar tidak menimbulkan terjadinya pembelian produk palsu dan tidak menimbulkan kerugian yang besar.

SUMBER :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar