CONTOH KASUS MANAJEMEN PROYEK DAN RESIKO
KASUS PENUTUPAN STORE VANS DI INDONESIA
Penyebab tutupnya store Vans adalah hadirnya kabar tentang
kebangkrutan yang dialami oleh PT Gagan Indonesia. PT Gagan Indonesia adalah
sebuah perusahaan retail dan distributor resmi untuk produk Vans di Indonesia.
Bahkan tak hanya Vans saja, ternyata PT Gagan Indonesia juga menjadi
distributor untuk beberapa brand internasional lainnya seperti Adidas, Bebe,
Quiksilver, Promod, Ted Baker, Cache Cache, Ipanema, dll.
Kenapa bisa bangkrut? Bagaimana bisa PT sebesar itu bisa
tiba-tiba saja dinyatakan pailit atau bangkrut. Seperti yang di jelaskan oleh
kuasa hukum Gagan Indonesia Deni Kurniawan yang mengatakan, pasca pailit pihak
mereka akan kooperatif dengan tim kurator terkait aset-aset perusahaan.
“Keputusannya seperti ini kami sudah siap dan seluruh aset-aset akan kami
serahkan ke pada tim kurator,” katanya kepada sebuah media online.
PT Gagan Indonesia akhirnya menerima sebuah status pailit
dari Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, pasalnya mereka gagal berdamai dengan para
pihak krediturnya dalam proses penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU).
Gagalnya perdamian itu didasari lantaran adanya mayoritas
kreditur Gagan Indonesia yang menolak proposal perdamaian dari mereka.
Berdasarkan hasil pemungutan proposal perdamaian yang dilaksanakan pada Selasa
23 mei lalu, ada sekitar 86,11% para kreditur yang telah mewakili tagihan Rp
273,96 miliar nggak menyetujui proposaltersebut.
Sementara itu ada 13,88% yang telah menyetujui poposalitu.
Sehingga, ketua majelis hakim PN Jakpus Endah Detty Pertiwi mengatakan, bahwa
pemungutan suara itu tidak memenuhi Pasal 281 ayat 1 UU No. 37/2004 tentang
Kepailitan dan PKPU.
Dari situlah muncul sebuah putusan yang “menyatakan bahwa PT
Gagan Indonesia dalam keadaan pailit demi hukum,” jelas Ibu Detty dalam amar
putusan yang dibacakannya, pada Rabu 25 mei lalu. Jatuh keputusan pailitnya
Gagan Indonesia ini masih dalam kurun waktu PKPU Sementara 45 hari.
Oleh sebabnya, dalam perjalanannya PT Gagan Indonesia enggan
mengajukan perpanjangan masa PKPU tetap. Alasannya karena proposal perdamaian
yang ditawarkan itu telah maksimal dan sesuai dengan kemampuan perusahaan
tersebut.
Cara agar dapat membayar utangnya, Gagan Indonesia membagi
kreditur menjadi dua yakni kreditur yang memiliki tagihan hingga Rp 100 miliar
dan kreditur dengan tagihan di atas Rp 100 miliar. Sampai pada kreditur yang
memiliki tagihan hingga Rp 100 miliar akan dilunasi selama jangka 20 tahun
dengan grace periode dua tahun.
Sedangkan untuk kreditur dengan nilai tagihan di atas Rp 100
miliar akan dibayar dalam waktu 30 tahun dengan grace periode. Atas tawaran
tersebut, para kreditur menilai proposal tersebut masih jauh dari harapan
dengan menawarkan waktu pembayaran yang cukup lama tersebut.
Seperti yang diketahui, sejak berstatus PKPU sudah ada
beberapa produk yang menarik Gagan Indonesia sebagai salah satu distributornya,
salah satunya yakni Quiksilver dan baru-baru ini adalah Vans.
Kembali lagi pada soal urusan bisnis dan utang piutang Gagan
Indonesia, para kreditur juga menilai penawaran Gagan Indonesia juga tidak
realistis. Sebab, perusahaan tidak mencari investor untuk melanjutkan usaha,
tetapi masih mengandalkan aset perusahaan yang ada. Tapi disisi lain, nilai
aset perusahaan terbilang sangat jauh dari total utang perusahaan yang sudah
mencapai sekitar Rp 281,41 miliar dari 50 kreditur yang ada.
Saat dikonfimasi salah satu media online, salah satu kurator
Gagan Indonesia Emi Rosminingsih mengatakan total aset perusahaan yang ada saat
ini diketahui hanyalah senilai Rp 80,39 miliar saja. Aset itu di antaranya
inventori barang yang harganya mencapai Rp 51,21 miliar dan piutang yang
sekitar Rp 3,17 miliar.
Adapun kreditur Gagan Indonesia itu antara lain adalah RSH
Holdings sekitar Rp 201,34 miliar, PT Adidas Indonesia Rp 13,31 miliar dan PT
Quiksilver Indonesia Rp 7,05 miliar dan Bank Standard Chartered Indonesia
sekitar Rp 28 miliar. Adapun keseluruhan kreditur itu merupakan konkuren alias
tanpa jaminan.
Di tengah kabar penutupan sejumlah toko fisik Vans di
Indonesia, penjualan sepatu asal Amerika Serikat itu saat ini masih marak di
media sosial. Produk palsu atau 'KW' tersebut dibanderol dengan harga yang jauh
lebih murah jika dibandingkan dengan produk asli yang dijual di gerai Vans
resmi. Hal itu pula yang menjadi penyebab tutupnya store Vans di Indonesia.
Untuk mengatasi resiko tersebut dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu:
1.
Metode Asuransi
Salah satu
pendekatan dalam penanganan resiko adalah suatu prosedur dua langkah yang
disebut dengan metode asuransi. Sesudah manajer resiko mengidentifikasikan dan
mengukur kerugian potensial, maka ia harus menyiapkan suatu daftar penutupan
asuransi yang digolongkan dalam tiga golongan berdasarkan keparahan kerugian.
Kedua langkah dalam metode asuransi adalah pertama, manajer resiko harus
menetapkan pertama, kombinasi penutupan asuransi yang dapat memberikan
perlidungan terbaik terhadap resiko yang dihadapi perusahaan. Tujuannya adalah
untuk mengadakan perlindungan yang paling lengkap dengan biaya yang paling
murah.
Manajer resiko
harus memilih limit kebijaksanaan yang memberi perlindungan. Limit ini harus
sesuai dengan kerugian maksimal yang mungkin, tetapi terkadang kerugian dapat
melebihi penutupan maksimum yang tersedia. Sesudah manajer resiko menetapkan
kombinasi penutupan yang terbaik dan limit kebijaksanaan, maka ia membagi
kontrak asuransi ke dalam tiga golongan, yaitu:
1.
Penutupan yang esensial, ialah penutupan yang
diwajibkan oleh UU atau yang diwajibkan oleh perjanjian. Contoh: ASTEK dan
perjanjian dengan serikat buruh.
2.
Penutupan yang diinginkan, ialah memberikan
perlindungan terhadap kerugian yang menghalangi operasi perusahaan, tetapi
tidak akan menyebabkan perusahaan ditutup.
3.
Penutupan yang tersedia, ialah jenis
perlindungan yang belum termasuk kedua golongan penutupan yang lain.
Setelah daftar sementara itu
lengkap, manajer resiko meninjau kontrak dalam masing-masing golongan untuk
menetapkan kerugan yang bisa ditangani secara lebih memuaskan dengan cara lain.
Contoh:
1.
Kerugian yang bisa dipindahkan kepada pihak lain
dengan biaya yang lebih murah dari premi asuransi.
2.
Kerugian yang bisa dicegah atau dikurangi
sehingga tidak lagi merupakan kerugian yang parah.
3.
Kerugian yang sering terjadi sehingga kerugian
dapat diperkirakan dengan seksama.
2.
Jika ingin bekerja sama dengan kreditur,
sebaiknya dengan kreditur yang menggunakan jaminan.
3.
Jika ingin melanjutkan usaha, sebaiknya mencari
investor dan bukan hanya mengandalkan asset perusahaan yang ada.
4.
Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi
seperti social media, pemasaran produk dapat dilakukan secara online. Pemasaran
dapat dilakukan dengan membuat web resmi tersendiri khususnya untuk di
Indonesia agar tidak menimbulkan terjadinya pembelian produk palsu dan tidak
menimbulkan kerugian yang besar.
SUMBER :